Posted by : Unknown Kamis, 26 Desember 2013

Ø  RAS

   Ras (dari bahasa Prancis race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, "akar") adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal-usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang luar) yang sama. Arti "ras" ini masih digunakan dalam antropologi forensik (dalam menganalisa sisa tulang), penelitian biomedis dan kedokteran berdasarkan asal-usul.
Di samping itu, di Amerika Serikat misalnya, penegak hukum menggunakan istilah "ras" dalam menentukan profil tersangka dan penggambaran kembali tampang sisa yang belum diidentifikasi.
Selain itu, karena di banyak masyarakat, pengelompokan berdasarkan "ras" mengikuti pola pelapisan sosial, bagi ilmuwan sosial yang meneliti kesenjangan sosial, "ras" dapat menjadi variabel yang berarti. Sebagai faktor sosiologis, kategori "ras" dapat secara terbatas mencerminkan penjelasan yang subyektif, mengenai jati diri dan lembaga social.
Oleh karena itu, paradigma "ras" yang digunakan dalam berbagai disiplin menekan dengan cara yang beraneka pada sifat biologis atau pada segi konstruk sosial.
Walau para biologis kadang-kadang menggunakan paham "ras" untuk membuat pembedaan antara kumpulan ciri-ciri yang rancu, ilmuwan lain mengajukan wawasan bahwa paham "ras" sering digunakan secara naïf atau terlalu sederhana. "Ras" tidak memiliki arti taksonomis untuk manusia : semua manusia adalah anggota dari subspesies hominid yang sama yaitu Homo sapiens sapiens. Paham sosial dan pengelompokan ras berubah dengan waktu, termasuk taksonomi awam yang menentukan tipe orang yang bersifat esensialisme berdasarkan ciri-ciri yang terlihat. Para ilmuwan menganggap esensialisme biologis sudah ketinggalan jaman, dan pada umumnya tidak mendukung penjelasan berdasarkan ras untuk pembedaan kelompok, baik dari segi ciri-ciri jasamni maupun kelakuan.
Saat orang menentukan dan menggunakan satu paham tertentu untuk "ras", mereka menciptakan suatu kenyataan sosial di mana diterapkan suatu kategorisasi sosial tertentu.  Oleh sebab itu "ras" dipandang sebagai konstruk social.  Konstruk tersebut berkembang dalam berbagai konteks hukum, ekonomi dan sosio-politik, dan boleh jadi lebih merupakan akibat daripada sebab dari kenyataan social. Walau banyak ilmuwan berpandangan bahwa "ras" adalah suatu konstruk sosial, kebanyakan pakar setuju bahwa "ras" memiliki dampak material yang nyata dalam diskriminasi perhunian, proses hukum, praktek politik, pendidikan dll. Teori Omi dan Winant mengenai pembentukan ras mengatakan bahwa "ras adalah suatu konsep yang mengartika dan melambangkan pertentangan dan kepentingan sosial melalui pengacuan pada tipe jasmani manusia yang berbeda.” Arti dan maksud dari istilah "ras" dihasilkan dan digunakan oleh lembaga sosial melalui pandangan bersifat kebudayaan. Sejak Omi dan Winant, para akademisi telah menyusun dan meninjau kembali maksud "ras" sebagai konstruksi sosial dengan meneliti cara gambaran, paham dan asumsio mengenai "ras" dirumuskan dalam kehidupan sehari-hari. Angela Davis, Ruth Gilmore, dan Imani Perry telah menelusuri hubungan antara paham "ras" dari segi sejarah dan sosial production dalam bahasa hukum dan pidana, dan dampaknya atas kebijakan terhadap orang Hitam di Amerika, dan jumlah mereka dalam penjara yang sudah tidak proporsional lagi.
Faktor sosio dan ekonomi, in combination with early but enduring views of race, berakibatkan penderitaan yang sangat besar di dalam kelompok yang terlantar.[19] Diskriminasi rasial sering bertepatan dengan pola pikir yang rasis , di mana para individu dan ideologi satu kelompok melihat anggota dari kelompok lain sebagai suatu "ras" tertentu yang lebih rendah secara moral. Alhasil, kelompok yang tidak banyak berkuasa sering terasing atau tertindas, sedangkan individu dan lembaga yang dominan dituduh bersikap rasis. Rasism berakibatkan banyak contoh tragedi, termasuk perbudakan dan genosid.

Ø  AGAMA

   Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.

Ø  GENDER

   Gender (cara pengucapan: [gènder]) dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat. WHO memberi batasan gender sebagai "seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi secara sosial, dalam suatu masyarakat.”
Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan. Ilmu bahasa (linguistik) juga menggunakan istilah gender (alternatif lain adalah genus) bagi pengelompokan kata benda (nomina) dalam sejumlah bahasa. Banyak bahasa, yang terkenal dari rumpun bahasa Indo-Eropa (contohnya bahasa Spanyol) dan Afroasiatik (seperti bahasa Arab), mengenal kata benda "maskulin" dan "feminin" (beberapa juga mengenal kata benda "netral").
Dalam isu LGBT, gender dikaitkan dengan orientasi seksual. Seseorang yang merasa identitas gendernya tidak sejalan dengan jenis kelaminnya dapat menyebut dirinya "intergender", seperti dalam kasus waria.
Dalam konsep gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.

Ø  GOLONGAN

   Golongan adalah kelompok (orang); tumpukan; puak.

Ø  BUDAYA

   Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Ø  SUKU

   Suku adalah bagian dari sesuatu, misalnya: suku bangsasuku dinassuku cadangSuku bangsa memiliki struktur sosial yang jelas dan tertata baik sejak dulu kala, khususnya di antara masyarakat Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara, Kepulauan Timor dan Tanah Papua.
Dalam pengertian suku bangsa, Suku ialah unit sosial MADAT tertinggi, yang terdiri dari satu atau lebih marga. Setiap marga terdiri dari minimal satu Nama Keluarga. Setiap marga memiliki minimal satu keluarga .Dalam kasus unik, khususnya di antara bangsa Papua ada contoh di mana satu marga hanya terdiri dari satu keluarga atau satu Suku memiliki satu marga saja.
Di Sumatera Barat, suku merupakan sebutan untuk bagian-bagian dari suku Minang seperti suku Sikumbang dan lain-lain. Suku dalam pengertian ini setara dengan marga dalam suku Batak. Adapun di Sumatera Selatan, terdapat berbagai macam suku dari yang suku - suku kecil mapupun suku - suku besar. Di Kabupaten Lahat terdapat suku Besemah, suku Lintang, suku Gumai dan berbagai macam nama suku - suku lainnya. Sama dengan daerah Sumatera Barat, suku dalam pengertian ini setara dengan marga dalam suku Batak. Dalam hal ini kata suku harus dibedakan dengan istilah suku bangsa atau kelompok etnik. Istilah kelompok etnik (ethnic group) juga kurang tepat menggambarkan suatu suku bangsa.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © Ini BlogKu -Robotic Area- Powered by Blogger - Modified by Oeloemoeddin -